Sejarah olahraga arus deras (ORAD)/ Arung Jeram
Arung jeram merupakan sebuah olahraga menantang yang sangat berbahaya, tapi itu bagi orang yang masih awam. Bagi seorang RAFTER PROFESIONAL, bahayanya justru perjalanan menuju sungai. Suku di Kanada zaman dahulu sudah memulai perkembangannya, lalu orang Carib Indian , mengembangkan dan menamankannya Pirogue, sedangkan orang primitiif biasa menyebutnya Dug Cut Canoe. Orang-orang Maoris dari New Zealand Dug Cut Canoe maha besar untuk mengangkut pasukan tempur mereka. Sementara suku Kwakiuti Indian daei Vancouver ,Kanada menghiasi perahu mereka sengan ukiran yang indah. Bark Out Canoe adalah pengembangan dari Dug Cut Cano. Orang Eskimo menciptakan Skin Covered Craft yaitu perahu yang dibungkus kulit binatang agar tidak tembus air. Akhirnya pada abad ke-19 seorang pramuka bernama John Macgregor mengembangkan kendaraan air ini untuk rekreasi dan olahraga. Material perahu berkembang hingga ke plastik,alumminium, fiberglass dan karet.
Setelah perang dunia II usai, perahu angkatan Laut milik Amerika mulai digunakan untuk mengarungi sunngai. Arung jeram dilakukan drnagn menggunakan perahu bulat yang disebut “Basket Boat”. Ditahun 2950, mulailah diproduksi perahu kkhusus untuk arung jeram yang naik bagian depann dan belakangnya dengan material yang lebih kuat dan dapt mengangkut orang dan setelah beberapa macam perahu dicoba, tahunn 1983 perahu yanng dapat mengeluarkan air sendiri disebut “ Self Bailer” berhasil diproduksi oleh Jim Cassady. Kunci kesuksesan perahu ini adalah lantainya yang diberi angin. Lantai yang diisi udara ini akan selalu mengapung di atas permukaan air sehingga air akan keluar lewat lubang disekeliling lantai perahu. Di Kalimantan, suku-suku Dayak telah lama mengarungi sungai Mahakam atau Kapuas dengan perahu bIduk, yang juga terbuat dari batang pohon yang dilubangi, juga suku-suku di pedalaman Papua, yang hidup di sekitar sungai Memberamo, dan suku-suku lain di Nusantara ini.
Sedangkan pengarungan sungai berarus deras dengan menggunakan perahu karet yang tercatat dalam sejarah adalah ketika diselenggarakannya Lomba Arung Sungai Citarum I yang Diadakan oleh kelompok pendaki gunung dan penempuh rimba Wanadri, Bandung, yang juga mendapat dukungan dari Angkatan Laut kita. Momen ini boleh dikatakan sebagai titik tolak dari perkemmbangan Arunng Jeram di Indonesia. Klub-klub pecints alam seperti Wanadri dan Mapala UI yang kemudian melakukan serangkaian kegiatan ekspedisi. Selain menggunakan perahu karet kegiatan ini juga sudah dikembangkan dengan menggunakan kanoe dan kayak. Eksepedisi Internasional pertama dibidang arunng jeram ini dilakukan oleh klub Aranyacala Trisakti yang mengarungi sungai-sungai bagian California, Oregon, dann Idaho,USA pada tahun 1992. Melihat perkembangan yang sangat pesat dari kegiatn ini pada era 90-an, beberapa penggiat mulai membutuhkan suatu wadah komunikasi bagi para Peminat Arung Jeram di Indonesia. Pada tanggal 29 Maret 1996, berdiri FEDERASI ARUNG JERAM INDONESIA, yang dibidani oleh 30 kllub arung jeram baik komersil maupun amatir. Ini adalah suatu titik tolak menuju perkembangan orde baru dalam dunia arung jeram Indonesia.
JERAM
Jeram adalah arus (air yang mengalir yang diakibatkan oleh kemiringan sungai) yang melintasi suatu rintangan.
Jeram terbentuk karena :
- Volume air / tinggi permukaan air
- Kemiringan sungai (gradient)
- Rintangan (obstackes)
Jadi semakin besar volume air dan makin curam kemiringan sungai serta makin banyak rintangan maka jeram yang terbentuk akan makin bresar dan sulit. Rintangan bermacam-macam bentuknya seperti batu, dinding sungai, bongkah besar sungai, tikungan, tiang jembatan dan masih banyak lagi.
PEMBAGIAN DAERAH ALIRAN SUNGAI
Sungai mengalir dari daerah hulu atau pegunungan sampai daerah hilir atau lautan melewati beberapa daerah yang dapat dibagi menjadi tiga daerah aliran sungai, yaitu :
- Daerah aliran sungai hulu. Ciri-cirinya dangka dan sem[it, seringkali mengalir di derah lembah yang curam daqn dalam. Tingkat kecuramannya tinggi sekali sehingga banyak dijumpai air terjun. Kebanyakan sungai ini tidak dapat diarungi.
- Daerah aliran sungai peralihan, ciri-cirinya cukup dalam dan lebar, banyak dijumpai riam yang diselingi lubuk sungai. Daerah ini sangat ideal untuk ORAD, tapi hati-hati kedangkalan dan air terjun berbahaya masih dijumpai.
- Daerah aliran sungai hilir, ciri-cirinya lebar dan dalam, aliran airnya tenang dan berkelok-kelok menyerupai huruf “V”. bukan daerah yang cocok untuk ORAD.
PERALATAN ARUNG JERAM
- Perahu
Ada beberapa jenis perahu yang dan digunakan dalam arung jeram:
o Kayak
o Canoe
o Sampan
o Kataraf
o Landing craft rubber (LCR)
o River boat
- Dayung, jenis dayung terbagi menjadi :
o Paddle (satu bilah dan dua bilah)
o Oars, yaitu dayung berpasangan yang bagian tengah tangkai pada sisi kiri dan kanan perahu menjadi sumbu putar digunkana oleh satu pendayung yang bertugas sebagai pengemudi perahu. Panjangnya sekitar 2,1 meter. Digunakan dalam mengarungi sungai yang sangat besar dan liar (sungai kelas 5 atau 6).
- Pelampung, gunanya untuk mengangkat tubuh agar terapung dipermukaan air. Pelampung yang baik pas di badan dan memeliki daya apung yang sesuia berat badan.
- Pompa, berguna untuk memompa perahu. Jngan menggunkan kompresor untuk memompa perahu karena udara yang keluar dari kompresor adalah udara panas yang dapt membuat perahu pecaah.
- Helm
- Carabiner
- Peluit
- Tali lempar
Biasanya berukuran 21 meter, terbuat dai karmantel jenis dinamik dan harus terapung di air.
- Alat tambal (repair kit)
- Tali prusik
- Pisau
- Medical kit
- Dry bag
- Wetsuit
- Sepatu / sandal.
KARAKTER DAN TINGAKT KESULITAN SUNGAI
CLASS I
Tingkat kesulitan sungai yang paling rendah, dengan arus yang bervariasi dari flat (datar) dan relatif tenang sampai sedikit beriak pada beberapa tempat. Rintangan yangada pun sanagta sedikit dan dapat terlihat jelas. Resiko berenang disungai ini sangat rendah dan self-rescue sangat mudah dilakukan.
CLASS II
Sungai denagntingak kesulitan rendah-menengah. Cocok untuk pemula, dengan sungai yang lebar dan arus yang cukup deras, lintasan pengarungan jelas sehingga tidak memerlukan pengamtan terlebih dahu;u. sesekali manuver perahu perlu dilakukan, namun bebatuan dan jeram medium dapat dengan mudah dilalui oleh pengarung yang terlatih. Penumpang yang terlempar dan terhanyut jarang sekali mendapat cedera. Pertolongan bantuan masih belum perlu. Sungai dengan tingkat kesulitan ini sangat cocok untuk latihan dasar kegiatan arung jeram.
CLASS III
Cidera saat terlempar keluar dari perahu dan terhanyut masih sangat jarang; self rescue biasanya masih mudah dilakukan namun pertolonagn bantuan sudah mulai diperlukan untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi. Sungai dengan tingkat kesulitan ini sangat cocok untuk kegiatan wisata keluarga atau sebagai rekreasi alternatif karena dapat diikuti oleh anak-anak yang berusia 9 tahun.
Sungai dengan tingkat kesulitan menengah, memeliki jeram yang tidak beraturan dan cukup sulit serta dapat membalikkan perahu. Manuver-manuver pada arus yang deras serta kontrol perahu pada lintasan sempit sering diperlukan. Jeram-jeram besar dan “strainers” mungkin ada namun dapat dengan mudah dihindari. Pusaran arus yang kuat dan deras sering ditemukan, terutama pada sungai-sungai besar.
CLASS IV
Sungai dengan tingkat kesulitan mengah-tinggi. Sungai ini memilliki arus yang sangat deras namun masih dapat diprediksi dengan pengendalian perahu yang tepat. Teknika pengarungan pada sungai ini sangat tergantung pada karakter sungai itu senditi, karena sungai dengan tingkat kesulitan ini sangat beragam dan berbeda-beda walau memiliki tingkat kesulitan yang sama. Jeram-jeram besar,hole dan lintasan sempit yang tidak dapat dihindari memerlukan manuver yang cepat. Berhenti sejenak pada arus yang sedikit tenang mungkin diperlukan sebelum memulai manuver sekedar mengamati arus atau untuk istirahat. Karena pada jeram-jeram tertentu, bahay selalu mengancam. Sehingga perlu pertolongan bantuan yang memerlukan latihan khusus agar teknik penyelamatan dapat dilakukann dengan benar. Sungai dengan tingkat kesulitan ini sangat menyenangkan dan menjanjikann tantangan lebih, tentunya dengan dukungan peralatan yang memadai, pengetahuan yang cukup dan pemandu yang terampil.
CLASS V
Sungai dengan tingkat kesulitan tinggi dan hanya cocok untuk pengarung jeram yang sudah menguasai teknik pengarungan dan memiliki pengalamn yang cukupn pada sungai Class IV.
Sungai yang tergolong pada sungai Class V memiliki jeram yang banyak dan panjang dengan berbagai rintangan yang dapat menyebabkan resiko tambahan bagi seorang rafter. “drops” atau penurunan yanng tiba-tiba, jeram-jeram yang sulit. “hole” dan tebing terjal yang tidak dapat dihindari sampai dengan waterfall (air terjun) sering dijumpai pada sungai class ini. Jeram yang dillewati seringkali beruntun pada jarak yang cukup panjang, sehingga membutuhkan ketahanan fisik yang tinggi. Kalaupun ada pusaran air yang tenang(eddies), jumlahnya saangat sedikit sekali dan cukup sulit untuk diraih. Pada skala tertinggi, Sungai dengan tingkat kesulitan ini memiliki kombinasi jeram yang sangat beragam, mulai dari curler, hair, hay stakes, headwall, strainer, undercut,wave train sampai dengan pin hole yang sangat berbahaya dan mematika. Terlempar keluar dari perahu pada sungai ini sangat berbahay dan tindkan penyelamtabb sering dilakukan bahkan untuk seseorang yang sangat mahir sekalipun. Peraltan yang tepat, pengalaman yang luas dan latihan keterampilan dalam penyelamatan sangat penting.
CLASS VI
Sungai yang memiliki tingkat kesulitan tertinggi. Pengarungan di sungai ini hampir tidak mungkin dilakukan karena jeram yang tidak dapat diprediksi dan sangat berbahya. Konsekuensi dari suatu kesalahan dalam pengarungan disungai ini sangat berat serta tindakan penyelamatan yang hampir tidak mungkin. Sungai dengan tingkat kesulitan ini hanya untuk tom khusus yang memiliki keahlian tinggi -bukan untuk diarungi perorangan- setelah sering kali melakukan pengarungan pada sungai dengan tingkat kesulitan Class V.
Klasifikasi tingkat sungai diatas merupakan tingkat kesulitann sungai yang ditetapkan secara internasional. Namun klasifikasi ini sangat variatif dan dapat berubah-ubah walau masih pada sungai yang sama, karena tingkat kesulitan ini sangat tergantung pada debit air, lebar penampang sungai dan gradiens. Sehingga pada waktu-waktu tertentu sungai-sungai tersebut memiliki tingak kesulitan yang mungkin bertambah atau mungkin berkurang. Karena itu oleh kalangan penggiat arung jeram dibelakang Class sungai sering ditambah dengan tanda + (plus). Misalnya sungai Citarik memiliki tingkat kesulitan III+ artinya pada jeram-jeram tertentu sungai citarik memiliki tingkat kesulitan yang setara dengan Class IV.
CARA DUDUK DI PERAHU
Cara duduk diperahu ada yng sering digunakan dalam ORAD/Arung Jeram ada 2 yaitu :
- Cowboy Style, dimana posisi duduk seperti menunggang kuda. Posisi ini jarang digunkan karena kemungkinan kaki bisa terbentur batu.
2. Nantahal style, dimana posisi duduk kedua kaki berada didalm perahu. Posisi ini biasanya banyak digunakan, karena sangat aman dan kemungkinan batu terbentur batu tidak ada.
Istilah-istilah dalam orad
1. Stopper : gelombang berputar vertical atau berbalik, yang disebabkan oleh penurunan dasar sungai.
2. Hole : stopper yang terjadi akibat adanya batu besar di dasar sungai yang menghalangi aliran sungai dibawah permukaan, disebabkan oleh air yang mengalir diatas batu yang membentuk cekungan atau lubang yang dapat menahan, membalikan dan menjebak perahu kedalam buih air yang berbahaya
3. Gelombang pecah : stopper yang terjadi akibat adanya penurunan dasar sungai yang terjal yang kemudian mendatar kembali
4. Eddies : arus sungai yang seakan-akan berhenti dan berbalik kearah hilir sungai, biasanya berada bersebelahan dengan arus utama, pada tikungan dan dibelakang benda atau batu-batu besar
5. Bends : arus sungai yang keras dan membentuk dinding pada suatu belokan sebelah luar
6. Shallows : aliran sungai yang menjadi cepat dikarenakan adanya pendangkalan dasar sungai, biasanya ditandai dengan riak-riak kecil
7. Strainers : sesuatu yang berada dititik jauh dari permukaan air. Biasanya ada dilembah yang sempit, misalnya pohon tumbang
8. Undercut : biasanya terdapat pada tebing dikelokan sungai, berupa rongga dibawah air. Undercut terjadi karena proses abrasi. Orader yang terjebak di dalam undercut ini sulit untuk melepaskan diri karena arus yang sangat kuat.
9. Main flow / main stream / arus utama : arus utama di sungai yang memiliki kecepatan yang paling besar, biasanya dipilih sebagai tempat melajunya perahu dan biasanya yang paling banyak jeramnya
10. Standing wave : gerakan air yang membnetuk barisana gelombang, dimana gelombang pertama yang paling besar. Jeram ini akibat dasar sungai menurun kemudian relative datar kembali
11. Tongue : merupakan awal dari suatu riam sebagai percepatan arus yang bentuknya kalau dilihat dari atas seperti V. Arus ini dibentuk oleh dua buah rintangan berupa batu atau hole
TEKNIK DASAR PENGARUNGAN SUNGAI
Keterampilan mengarungi sungai tidak hanya memerlukan waktu yang panjang, tetapi juga dibutuhkan kemampuan pemahaman segala teknik pengarungan sungai serta kemampuan penyelamatan dan pertolongan (safety and rescue). Jadi pada dasarnya kombinasi pengetahuan teoritis dan jam terbang.
Scouting
Adalah pengamatan awal terhadap jeram yang belum dikenal sebelum
mengarunginya bisa dilakukan di atas perahu atau dari tepian sungai, yang meliputi :
§ Pengamatan suatu jeram dari beberapa sudut pandang
· Analisis tingkat kesulitan jeram, mencariu jalur teraman, dan kemungkinan terjadi trouble
· Memformulasikan rencana yang direncanakan termasuk jalur yang disepakati, jalur cadangan, manuver yang akan digunakan, dan persiapan tim rescue apabila dibutuhkan
§ Pelaksanaan
Untuk tingkat pemula, scouting ini sangat bijaksana untuk selalu dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Tidak ada kata .haram. untuk melakukan lining atau portadging apabila jeram tersebut memang tidak bisa dilewati.
Lining adalah menuntun perahu lewat tepi sungai, sedangkan portadging adalah mengangkat perahu lewat darat.
Teknik Mendayung
1. Teknik Oar
Karena telah dilengkapi dengan rangka untuk tempat duduk dan pegangan dayung di tengah, maka cara duduknya sesuai kondisi di perahu. Sedangkan teknik mendayungnya hanya maju (forward stroke) dan mundur (backstroke). Untuk membelokkan perahu dapat dengan kombinasi dayung kanan maju dan kiri mundur atau sebaliknya.
2. Teknik Paddle
Ada dua macam cara duduk dalam tekni ini yaitu teknik cowboy style, yakni posisi menunggang kuda, kaki pendayung menjepit tabung perahu sehingga salah satu kaki berada di luar perahu, tetapi rawan terhadap benturan dengan batu/dinding sungai. Cara lain adalah seperti perempuan membonceng sepeda motor, kedua kaki ke dalam bagian dalam perahu.
Untuk cara mendayung, disamping cara dayung maju dan mundur, ada juga dayung tarik (draw stroke) dengan menancapkan dayung jauh dan ditarik ke arah perahu, dayung tolak (pry srtoke) kebalikan datung tarik, serta dayung pancung (crossbow draw) oleh pendayung depan dengan dayung tarik dari sisi depan memotong moncong perahu.
Aba-Aba
Dibutuhkan salah seorang yang bertindak sebagai kapten/pimpinan yang mempunyai otoritas untuk mengambil keputusan, menyatukan tindakan seluruh awak, serta memberi aba-aba. Kapten tidak mensyaratkan status tertentu, dia merupakan awak perahu yang untuk sementara bertanggungjawab mengendalikan perahu melalui instruksi maupun tidak.
Untuk keseragaman seluruh awak, harus ada komando yang jelas dan singkat. Yang sering kita pergunakan adalah :
o Maju, yang berarti semua dayung maju
o Mundur, berati semua dayung mundur
o Belok kanan, yang berarti pendayung sebelah kiri dayung maju,
o sedangkan sebelah kanan dayung mundur
o Belok Kiri, yang berarti pendayung kanan dayung maju, sedangkan
o sebelah kiri dayung mundur
o Tarik Kanan, yang berarti pendayung kanan dayung tarik,
o pendayung kiri dayung tolak
o Tarik Kiri, yang berarti pendayung kiri dayung tarik, pendayung
o kanan dayung tolak
o Pindah Kanan, pendayung sebelah kiri berpindah ke kanan
o Pindah Kiri, pendayung sebelah kanan berpindah ke kiri
o Stop, semua pendayung berhenti mendayung
Manuver Perahu
1. Ferry
Merupakan manuver dasar dalam melewati arus dengan
menghadapkan perahu dalam posisi 450 terhadap arus utama
2. Pivot dan Back Pivot
Teknik memutar perahu dengan cepat saat memasuki riam dengan haluan menghadap ke hilir (pivot) atau haluan menghadap ke hulu (back pivot)
3. Portegee
Merupakan manuver yang dipergunakan para pelaut portugis dengan mengarahkan perahu langsung ke sasaran yang dituju. Ini membutuhkan kekuatan merengkuh dayung yang sangat kuat.
4. Keluar dan Masuk ke Eddies
Yang harus diperhatikan adalah kecepatan dan sudut masuk perahu. Besar sudut dan kecepatan perahu harus disesuaikan dengan besar kecilnya eddies dan kecepatan arus.
Safety/Keselamatan
Untuk menjaga keselamatan seluruh awak, maka safety prosedur yang ada harus kita upayakan sedini mungkin, yang meliputi :
1. Penggunaan peralatan standar
2. Penguasaan dan pemahaman teknik-teknik dan pengetahuan tentang ORAD
3. Persiapan fisik dan mental
4. Mengetahui batas kemampuan
Tetapi meskipun kita telah mengupayakan hal tersebut secara maksimal, kita tetap harus mempersiapkan diri menghadapi keadaan darurat, seperti :
1. Terlempat dari Perahu
Jika terjadi usahakan berteriak agar diketahui oleh awak lainnya sehingga dapat diusahakan pertolongan secepatnya dan apabila mungkin diusahakan jangan melepas dayung agar dapat memperpanjang jangkauan dan dapat dipergunakan sebagai alat bantu
renang. Apabila ternyata jauh dari jangkauan usahakan jangan panic dan melihat situasi serta berenang ke arah tepi sungai atau perahu.
Cara berenang yang benar yakni dengan posisi terlentang dan kaki berada di depan kita seolah-olah kita dapat melihat ujung kaki kita. Apabilka masuk ke dalam sebuah hole, usahakan berenang ke arah samping atau masuk ke dasar sungai dan sekalian mengikuti arus bawah ke depan.
2. Menabrak Batu (Boom)
Jika tidak dapat dihindarkan, biarkan perahu moncongnya tetap mengarah ke batu sehingga perahu akan terhenti sesaat dan berputar mengikuti arus di sekitar batu dan usahakan awak tetap dalam kondisi mendayung serta penumpang bagian belakang pindah ke tengah agar tidak terpental dan perahu tidak terbalik atau tersangkut pada batu tersebut.
3. Perahu Terbalik
Usahakan segera menjangkau ke arah perahu dan naik lewat buritan dan membalikkannya sebelum bahaya lain menunggu di depan. Apabila terjebak dalam perahu usahakan segera keluar untuk menghindari benturan batu. Apabila tidak memungkinkan untuk membalik, maka kendalikan perahu dalam kondisi terbalik dan tunggu sampai kita dapati daerah yang tenag dan memungkinkan untuk membalikkan perahu.
4. Menempel Batu (Wrapped)
Saat perahu bagian tengah menabrak perahu usahakan secepatnya seluruh awak berpindah ke tempat dimana paling dekat dengan batu untuk menghindari terjadinya wrapped. Apabila terjadi wrapped usahakan segera naik ke atas batu dan berenang ke pinggir untuk melepas perahu yang melekat di batu tersebut.
Teknik terbaru adalah .z-drag., yakni teknik melepaskan perahu dengan membuat bentuk tali menyerupai huruf z dengan bantuan carabiner dan pulley.
Penyelamatan
Ditujukan untuk penyelamatan diri sendiri atau teman kita. Disamping itu bisa ditujukan ke perahu atau awak perahu.
1. Penyelamatan dengan tali
Digunakan jika ada awak perahu yang terlempar dari perahu dan hanyut terbawa arus, yan dilakukan dari darat dengan cara meempar tali (throwing bag). Sebelum melempar tali usahakan agar korban mengetahui tali itu dilempar untuk penyelamatannya, dengan posisi pelempar pada 45 derajat dari korban sehingga dengan dorongan arus posisi korban berada di depan pelempar. Untuk posisi korban dalam memegang tali rescue seperti gambar berikut.
2. Penyelamatan perahu
Apabila terjadi wrapped maka teknik .z-drag. seperti di atas dapat kita pakai, tetapi apabila ada awak yang terjepit perahu, maka penanggulangan secepat mungkin dibutuhkan untuk penyelamatan nyawa awak, yakni dengan mengurangi tekanan udara perahu dengan cara merobek perahu sehingga awak perahu yang terjepit dapat segera keluar dari himpitan.
JERAM
Jeram Adalah bagian aliran sungai yang beraliran cepat diantara batuan atau hambatan yang membentuk turbulensi atau arus balik, merupakan bagian yang sulit untuk dilewati tetapi disinilah letak tantangan dalam pengarungan sungai. Jeram terbentuk dari perubahan kecepatan dan arah aliran, perbedaan gradient, serta bentukan dasar sungai, perubahan lebar sungai, dan perubahan volume air. Variasi dari kompionen-komponen di atas menyebabkan terbentuknya skala/tingkat kesulitan (grade) jeram. Ada dua sistem yang dipakai dalam arung jeram ini, yakni skala western dari 1 .10 yang diperkenalkan oleh Doc Marston penguasa Grand Canyon dan skala internasional dari I . IV
PERALATAN DAN PERLENGKAPAN
Perlengkapan Pribadi
1. Pelampung Selain daya apung yang sesuai dengan tubuh kita, kenyamanan saat dipergunakan merupakan syarat pelampung yang dapat kita ergunakan. Komposisi pelampung yang baik adalah yang berisi gabus tebal dan bagian belakang pelampung yang lebih tipis dari bagian depan sehingga jika kita terjatuh di air dan pingsan, akan berada dalam kondisi terlentang. Di samping itu terdapat pelindung kepala bagian belakang yakni kerah pada bagian belakang atas pelampung.
2. Pakaian
Pakaian yang tidak berat saat basah dan memberikan ruang gerak yang leluasa sangat cocok untuk dipergunakan. Usahakan yang berlengan panjang untuk melindingi kulit untuk melindungi kulit dari sengatan sinar matahari.
3. Alas kaki
Melindungi telapak kaki dari kemungkinan lecet atau terluka. Sepatu kanvas atau parasit yang tidak mengganggu saat kita berenang dapat dipergunakan.
4. Helm
Melindungi kepala dari benturan dengan benda keras terutama saat terlempar dari perahu. Pilih yang ringan, tahan pecah, dan tidak mengganggu pandangan mata dan pendengaran serta pas ukurannya.
5. Survival Kit
Terdiri dari korek api, pisau lipat, dan perlengkapan survival lainnya. Lebih baik jika kita kemas dalam tas pinggang sehingga mudah kita sandang. Untuk seorang kapten/leader bisa ditambah dengan pulling/ katrol, carabiner, peluit, tali prusik, dan anchor artificial.
6. karabiner
7. prusik
8. pisau
Peralatan Kelompok
1. Perahu Secara garis besar dibagi menjadi tiga jenis :
Perahu Karet ( Raft)
Terbentuk dari tabung udara yang terbuat dari karet yang bersekat yang membentuk sel/ruang terpisah yang apabila terkadi bocor pada satu sel; tidak berpengaruh ke sel yang lain. Jenis yang ada seperti :
§ . Riverboat yang dibuat khusus untuk mengarungi sungai
§ . Cataraft yangh berbentuk seperti potlot
§ . LCR (Landing Craft Rubber) yang berbentuk seperti tapal kuda dengan tempat dudukan mesin yang biasa digunakan marinir dalam misi pendaratan
Canoe
Berbentuk lancip, terbuka, dan ukurannya lebih besar dari kayak yang dikendalikan oleh satu atau dua orang dengan kaki melipat ke bawah tempat duduk.
Kayak (Decked Boat)
Berbentuk lancip pada bagian depan dan belakangnya, tertutup digunakan oleh satu orang dengan dayung dua bilah atau dua orang dengan dayung satu bilah.
2. Dayung
Sebagai alat pengayuh terbuat dari bahan yang kuat tetapi ringan dan usahakan
berwarna mencolok dan lentur. Bahan yang cukup baik adalah plastik, selain itu dapat juga kayu, fiberglass, serta kombinasi kayu dengan aluminium atau fiberglass. Untuk pengarungan sungai dengan perahu karet terdapat dua jenis dayung yakni :
. Paddle
. Oar
3. Pompa
Bahan yang bagus terbuat dari plastic karena ringan. Ada pompa injak dan pompa tangan. Pompa ini harus selalu
ada dalam setiap pengarungan.
4. Tali
Disamping sebagai penambat perahu dan pembalik perahu (flip line) juga sangat berfungsi sebagai alat penyelamatan. Untuk tali penyelamatan (throwing bag) ini, biasanya terbuat dari kernmantel statis yang dikemas dalam sebuah kantong sepanjang tiga puluh sampai empat puluh meter.
5. Ember
Untuk perahu yang belum mempergunakan sitem self-bailing, ember sangat vital untuk membuang air yang masuk ke dalam perahu. Bahan dari plastik atau karet dan berwarna mencolok sangat cocok untuk kegiatan ini.
6. Alat Reparasi
Digunakan untuk penanggulangan kebocoran pada perahu atau pompa. Alat perekat/lem, alat jahit, karet bekas, serta beberapa kunci pas dapat kita pergunakan untuk keperluan reparasi.
7. Dry Pack
Seperti carrier yang terbuat dari bahan anti air dengan kapasitas yang diselesaikan lama perjalanan yang melindungi makanan dan pakaian serta peralatan lain yang tidak boleh basah.
8. Peta
Digunakan terutama pada sungai yang baru pertama kali kita arungi, untuk mengetahui kondisi sungai sehingga kita menyusun rencana manuver dan perjalanan yang aman.
9. Perlengkapan P3K
Disesuaikan dengan jumlah awak, lama pengarungan, dan hal-hal yang mungkin terjadi sepanjang sungai.
10. Perlengkapan Tambahan
Untuk pengarungan yang memakan jangka waktu yang cukup lama dapat ditambahkan peralatan komunikasi, peralatan camping, dan yang sesuai dengan kebutuhan tambahan.