Amazing Life: Rock Climbing

Friday, 20 May 2011

Rock Climbing

Sebagai salah satu kegiatan alam bebas, Rock Climbing (panjat tebing) maju pesat akhir-akhir ini. Terutama sejak ditemukannya dinding buatan (artificial wall), ada kecenderungan panjat tebing memisahkan diri dari mountenarring, karena tidak setiap kegiatan panjat tebing dilakukan ketika mendaki gunung. Dalam perkembangannya pun terdapat banyak kegiatan. Kini seseorang yang menyebut dirinya pemanjat tebing (rock climber) tidak selalu memanjat tebing atau gunung-gunung batu sampai ke puncak, tetapi dapat juga memanjat jalur-jalur pendek (boulder) di tebing dengan teknik-teknik yang terus berkembnag dan meningkat. Hal ini jugalah yang melahirkan climbing wall sebagai suatu alat simulasi dari tebing sesungguhnya. Perkembangan selanjutnya lah yang kemudian melahirkan suatu olahraga baru yang disebut sport climbing.
Terlepas dari pada itu, perkembangan RC sebagai kegiatan petualangan pun terus berkembang. Jalur-jalur ekspedisi pada tebing-tebing tinggi pun semakin banyak  seiring dengan semakin banyaknya tebing tinggi yang telah dijejaki puncaknya oleh para pemanjat petualang. Terlebih setelah dimulainya penggunaan bor, hal ini memungkinkan pemanjatan pada tebing-tebing tanpa celah-celah yang mencukupi. Tapi para pecinta alam sejati tetap mempertahankan prinsip “leave nothing but footprint”. Sehingga penggunaan bor tebing yang relative merusak tebing dilakukan hanya pada saat-saat yang diperlukan, hal inilah yang melahirkan istilah clean climbing.
KLASIFIKASI KEGIATAN
                Menurut jenis tebingnya, kegiatan panjat tebing dapat dibagi menjadi dua yaitu:
1.       Panjat tebing alam, terbagi atas free climbing dan artificial climbing.
a.       Free climbing adalah pemanjatan yang hanya memanfaatkan permukaan tebing untuk menambah ketinggian, tanpa menggunakan alat tambahan kecuali tali, carabiner, dan harness/webbing. Untuk pemanjatan bebas ini, pada tebing yang dipanjat sudah terpasang hanger/kuping untuk menggantung runner atau pada titik sudah terpasang tambatan tali.
Pada free climbing dapat dibagi lagi menjadi:
·         Pemanjatan leading, dimana orang memanjat sebelum tlai tergantung pada tambatan, karena tujuannya untuk memasang tali pada tambatan. Pemanjatan dilakukan dengan cara memasang runner pada hanger-hanger yang terpasang, terus menerus sampai ke lokasi tambatan. Setelah sampai, pemanjat menggantungkan tali pada tambatan, turun kembali sehingga pemanjat berikutnya dapat memanjat dengan pengaman tali.
·         Pemanjatan top rope, dimana pada saat pemanjatan tali sudah terpasang pada tambatan. Disini pemanjat tidak perlu menggunakan runner, melainkan hanya memanfaatkan permukaan tebing.
b.      Artificial climbing, merupakan pemanjatan yang memanfaatkan bentuk permukaan tebing seperti celah, tonjolan, dll dengan cara menggunakan peralatan-peralatan tebing seperti phyton, friend dkk. System pengaman dibuat sendiri oleh pemanjat pada saat dia memanjat karena kondisi tebing adalah bersih, tidak terpasang alat bantu kecuali hanger. Biasanya dilakukan pada tebing dengan permukaan rata karena sulit memanfaatkan bentuk permukaannya. Biasanya hanya ada celah-celah kecil sehingga pemanjat menggunakan peralatan tambahan. Teknik pemanjatan yang digunakan adalah teknik leading.
2.       Panjat tebing buatan, yang dalam perkembangannya kemudian disebut sport climbing


TEKNIK PELAKSANAAN ROCK CLIMBING
1.       Terdapat dua orang; orang pertama sebagai pemanjat (leader), orang kedua sebagai pengaman (belayer)
2.       Pemanjat memanjat tebing sambil memasang tambatan jalan (runner) ke tebing dan mengaitkan tali ke runner tersebut. Apabila si pemanjat terjatuh, maka dia akan tertahan oleh tali yang tersangkut di runner terakhir dan ditahan oleh belayer.
3.       Pemanjat terus melakukan pemanjatan dan terus melakukan prosedur seperti diatas sampai ketinggian tertentu (biasanya disesuaikan dengan panjang tali) untuk memasang tambatan tetap. Titik tempat dibuat tambatan itulah yang disebut pitch.
4.       Belayer memanjat dan diamankan oleh orang pertama yang kini menjadi belayer. Dalam melakukan pemanjatan, orang kedua memanjat sambil melepas runner yang dipasang oleh pemanjat pertama, hingga ke pitch.
5.       Pemanjatan dapat dilakukan sampai ke puncak (titik/ketinggian yang telah ditentukan), dengan mengulang cara yang sama seperti diatas. Apabila untuk mencapai tujuan akhir pemanjatan diperlukan banyak tambatan, maka disebut pemanjatan multi pitch. Apabila ada pemanjat berikutnya maka pemanjat tersebut dapat memanjat dengan dibelay dari atas atau dapat pula melakukan ascending sampai ke pitch.

Yang perlu diperhatikan pada saat pemanjatan
a.       Kondisi perlengkapan yang akan digunakan dalam kondisi baik.
b.      Pemasangan runner harus diperhitungkan ketinggiannya agar pada saat pemanjat jatuh masih dapat tertahan tali (tidak langsung jatuh ke tanah)
c.       Pemasangan tambatan (runner / anchor) harus baik. Sehingga apabila pemanjat jatuh tambatan tersebut cukup kuat dan tidak terlepas dari tebing.

Dalam rock climbing ada aba-aba yang harus digunakan:

Belay on / off                  :aba-aba pemanjat kepada belayer untuk melakukan / tidak         melakukan belay
Pull                                      :aba-aba pemanjat kepada belayer untuk menarik / menambah tali
Slack                                   :aba-aba pemanjat kepada belayer untuk mengulur tali
Rock                                    :aba-aba pemberitahuan tentang adanya batu yang jatuh
JENIS MEDAN
Pengelompokan berdasarkan kondisi permukaan tebing untuk memperoleh pijakan dan pegangan.
a.       Slab
Medan pemanjatan kurang dari 90˚, pegangan sangat minim, cara pemanjatan dengan mengandalkan friksi sepatu pada batuan. Medan seperti ini banyak terdapat pada batuan granit dan andesit.
b.      Face
Medan tegak lurus dengan berbagai macam cacat bantuan yang bias dimanfaatkan sebagai pegangan.
c.       Overhang
Kemiringan <90˚ sehinggan pemanjat akan terasa berat karena factor gravitasi. Pegangan biasanya akan besar dan mantap.
d.      Roof/atap
Medan 180˚ atau lebih, sangat sulit dilewati. Pada kebanyakan medan biasanya digunakan pemanjatan secara artificial.
JENIS BATUAN
Tidak semua batuan cocok untuk suatu pemanjatan. Terutama batu yang rapuh dan mudah runtuh.
Batuan yang ideal antara lain:
a.       Lime stone (batu kapur)
Mempunyai banyak cacat, baik berupa lubang, celah, lekuk, dll. Paling ideal unutk latihan panjat tebing.(missal:citatah di padalarang, verdon di perancis)
b.      Andesit
Jenis batu ini serupa dengan batu kali, hanya dalam bentuk yang sangat besar. Disebut juga neck mountain. Batu andesit tekenal karena pelit pegangan, hanya ada sedikit celah dan pegangan yang dapat kita  manfaatkan. (contoh: tebing gunung parang di purwakarta)
c.       Granit
Cacat bantuan yang bias dimanfaatkan biasanya hanya berupa celah yang sangat panjarg dan sedikit pegangan dari jenis lain.


Peralatan
Pendahuluan
Peralatan dalam suatu pemanjatan adalah factor yang sangat penting peralatan ini terutama digunakan sebagai pengaman pada pemanjatan da penambah ketinggian pada pemanjatan artificial. Kebanyakan peralatan dibuat di luar negeri karena mutunya dapat dipertanggungjawabkan. Nyawa tentunya tidak akan dititipkan pada peralatan yang tidak dipercaya kekuatannya.
1.       Tali ( Rope)
Menurut strukturnya:
-          Tali serat alam
Jenis tali ini sudah jarang digunakan. Kekuatan tali ini sangat rendah dan mudah terburai. Tidak memiliki kelenturan, sehingga membahayakan pendaki.
-          Hawser laid
Tali sintetis, plastik, yang dijalin seperti tali serat alam. Masih sering digunakan terutama untuk berlatih turun tebing. Tali ini relatif lebih kuat dibanding tali serat alam dan tidak berserabut. Kelemahannya adalah kurang tahan terhadap zat kimia, sulit dibuat simpul dan mempunyai kelenturan rendah serta berat.
-          Kernmantel
Yang biasa dipakai sekarang adalah jenis kernmantel. Pada jenis ini ada bagian inti dan bagian luar yang menyelubungi inti. Kelebihannya, bagian inti tidak langsung bergesekan dengan permukaan tebing, Karen yang bergesekan adalah bagian luar (mantel). Apabila mantel tersebut robek, maka tali tidak langsung putus.
Tali ini memiliki sifat-sifat :
Ø Tidak tahan terhadap gesekan dengan tebing, terutama tebing laut (cliff). Bila dipakai untuk menurunkan barang, sebaiknya bagian tebing yang bergesekan dengan tali diberi alas (pading). Tabu untuk menginjak tali jenis ini.
Ø Peka (tidak tahan) dengan zat kimia.
Ø Tidak tahan terhadap panas. Bila tali telah dicuci sebaiknya dijemur di tempat teduh.
Ø Memiliki kelenturan yang baik bila mendapat beban kejut (karena pendaki jatuh, misalnya)
Pada umumnya tali-tali tersebut akan berkurang kekuatannya bila dibuat simpul. Sebagai contoh, simpul delapan (figure of eight) akan mengurangi kekuatan tali sampai 10%. Karena sifat tali yang demikian, maka dibutuhkan perawatan dan perlakuan yang baik dan benar. Cara menggulung tali juga perlu diperhatikan agar tidak kusut, sehingga tidak mudah rusak dan mudah dibuka bila akan digunakan. Ada beberapa cara menggulung tali, antara lain :
- Mountaineers coil
- Skein coil
- Royal robin style
gambar2. berbagai teknik menggulung tali

Menurut elastisitasnya:
-          Tali dinamik, berguna untuk menahan gaya hentakan pada saat pemanjat jatuh dengan kelenturannya
-          Tali static, berguna untuk mempermudah pemanjat dalam menambah ketinggian dengan cara ascending
2.       Harness
Jenis harness:
-          Seat harness, lebih disukai karena gerakan pemanjat relative lebih jelas tetapi masih terasa menyakitkan jika jatuh cukup tinggi (>5m).
-          Full body harness.
3.       Sepatu
Yang dibuat khusus untuk memanjat tebing dibuat dengan sol karet khusus.
Berdasarkan jenis karet sol dibedakan menjadi:
-          Soft, dirancang untuk pemanjatan dengan medan slab yang mengandalkan friksi sol pada tebing
-          Hard, dirancang untuk pemanjatan dengan medan face / overhang
4.       Karabiner / snap ring / cincin kait
Secara prinsip, karabiner digunakan untuk menghubungkan tali induk dengan runners (titik pengaman), sehingga carabiner dibuat kuat untuk menahan bobot pendaki yang terjatuh dan digunakan sebagai pengaman pada penambat (anchor).
Berguna sebagai:
-          Pengaman pada penambat (anchor)
-          Penghubung antara tali induk dengan runner (pengaman)
-          Dll.

Kekuatan karabiner berkisar antara 2250-3500 kg.
Menurut kegunaan karabiner dibedakan menjadi:
-          Non screw gate carabiner, karabiner tanpa kunci pengaman,  digunakan untuk mengaitkan runner dengan tali induk.
-          Screw gate carabiner, dengan kunci pengaman, digunakan untuk mengaitkan tali descender saat belaying atau repelling. Jangan gunakan karabiner lain untuk maksud itu!
-          Automatic karabiner, kunci otomatis/ tanpa ulir, digunakan untuk maksud sama dengan srew carabiner
gambar 3. carabiner screw gate
5.       Pengaman sisip / chock
Digunakan dengan cara menyisipkan pada celah batuan.
Macam-macam pengaman sisip:
-          Stopper, berbentuk tali dengan bermacam ukuran. Digunakan pada celah menyempit.
-          Hexentric, berbentuk hexagon. Digunakan pada celah horizontal yang sejajar, dapat pula digunakan pada celah yang menyempit.
-          Tricam, berbentuk ellips. Berguna pada celah menyempit, celah horizontal mendatar dan beberapa celah spesifik lainnya.
-          Friend, terbuat dari tiga lempeng alumunium alloy dengan kawat baja/alumunium alloy sebagai penghubung ke karabinernya. Digunakan hanya untuk celah dengan beban tegak lurus. Friend dengan mudah dipasang karena akan semakin kuat jika terkena beban.
gambar 7. Chock dan pemasangannya
6.       Pengaman pasak/ pithon
Digunakan dengan dipalu pada celah batuan yang sempit, ukuran pithon disesuaikan dengan lebar celah.
Macam-macam pithon menurut bentuk:
-          Long arrow
-          Angle
-          Leave
-          Blade
-          Bong-bong
-          Dll
Menurut bahan:
-          Baja lunak, akan membelok jika celahnya berubah arah
-          Baja keras, bentuknya tidak berubah jika dipaku ke dalam celah
7.       Pengaman tetap/bor
Sesuai dengan namanya, pengaman ini tidak dapat di lepas. Pengaman ini akan mengembnag jika dimasukkan ke dalam lubang bor. Cara memasangnya ialah pertama-tama tebing batu dib or dengan mata bor. Kemudian mata bor diberi baja dan dimasukkan ke dalam lubang bekas bor dan dipalu sehingga mata bor (ramset) akan mengembang di dalam lubang bor. Ramset ini dihubungkan dengan karabiner melalui hanger. Kekuatan pengaman ini sekitar 2000 kg
8.       Hammer/ palu tebing
Digunakan untuk memasang pengaman tetap, juga untuk memasang dan melepas python
9.       Sting
Terbuat dari pipa tubular, dengan kekuatan sekitar 1500-2000kg. selalu berbentuk loop jika digunakan dan hanya menggunakan simpul pita.
10.   Tali perusik
Digunakan sebagai alat meniti tali / untuk menghubungkan pengaman dengan karabiner. Lebih disukai deibangingkan dengan menggunakan jumar
11.   Descender / figure of eight
Berbahan alumunium alloy dengan bentuk angka 8. Digunakan untuk alat belay / alat untuk turun.
Beberapa jenis descender :
a. Figure of eight
b. Brake bar
c. Bobbin (petzl descender)
- single rope
- double rope
d. Modifikasi carabiner . Carabiner yang kita susun sedemikian rupa sehingga berfungsi semacam brake bar.

gambar 8. jenis descender
12.   Ascender
Lebih dikenal dengan nama jumar. Digunakan untuk meniti tali dengan kekuatan sampai 750kg. alat ini digunakan sepasang, tetapi kurang disukai pemanjat karena berat.
13.   Stich plate
Alat bantu belay
14.   Stirrup/ tangga tali
Digunakan sebagai alat pembantu saat pemasang pengaman dan pembantu penambah ketinggian pada pemanjatan artificial
Macam tangga:
-          Metal rung stirrup, pijakan terbuat dari logam dan dihubungkan dengan tali
-          Sling stirrup, terbuat dari sling standar


15.   Chalkbag
Kantung yang berisi magnesium karbonat yang berguna menghilangkan licin akibat keringat
PENGETAHUAN TALI-TEMALI
Tati-temali merupakan pengetahuan dasar penting untuk seorang pendaki. Beberapa simpul yang perlu diketahui adalah:
1. Figure of eight knot (simpul delapan)
Paling sering dipakai, mudah dibuat serta melepaskanya setelah mendapat beban. Simpul ini dipakai untuk menyambung tali.
gambar 10. Figure of Eight Knot dan Water Knot
2. Water knot (simpul pita)
Sering digunakan untuk menyambung webbing/sling/tali pita, meskipun dalam keadaan basah.
3. Bowline
Biasanya dipakai untuk anchor (titik tambat), karena sifatnya yang bila mendapat beban akan semakin mengikat. Bowline terdiri dari :
a. Basic bowline
b. Bowline on the bight
gambar 11. Basic Bowline dan Bowline on The Bight
4. Fisherman’s knot (simpul nelayan)
Simpul ini sangat baik untuk menyambung tali, baik tali dalam keadaan basah ataupun bila dua tali yang disambung berbeda ukuran. Yang biasa digunakan :
a. Single fisherman’s knot
b. Double fisherman’s knot
gambar 11. Single Fisherman’s knot dan Double Fisherman’s knot
5. Sheet bend
6. Prusik
7. Overhand Loop
gambar 12. Sheet band, Prusik dan Overhand Loop


Tingkat Kesulitan / Grade
Tingkat kesulitan jalur pemanjatan ditentukan oleh:
1.       Jenis batuan
2.       Kemiringan
3.       Jumlah atau banyak pegangan
4.       Jenis pegangan
5.       Panjang / tinggi jalur

Tingkat kesulitan / grade mempunyai dua versi penilaian:
a.       Versi Amerika / Yosemite decimal system
Menggunakan standar 5, mulai dari 5.0 sampai 5.14
·         5.0 – 5.4
Empat buah tumpuan tangan dan kaki, tumpuan cukup besar.
·         5.5 – 5.6
Empat buah tumpuan tangan dan kaki, tumpuan masih bias dipegang
·         5.7
Tiga buah tumpuan tangan dan kaki, tumpuan masih bias dipegang
·         5.8
Tiga buah tumpuan tangan dan kaki, tumpuan / pegangan kecil.
·         5.9
Satu buah tumpuan cukup besar, tiga tumpuan yang lain kecil.
·         5.10
Tumpuan untuk tangan dan kaki sangat kecil, hanya bias dipegang oleh pemanjat yang berpengalaman.
·         5.11
Tumpuan sangat minim, hanya beberapa orang yang mampu melewatinya.
·         5.12
Tumpuan sangat minim, jalur overhang.
·         5.13
Tumpuan sangat minim, jalur overhang lebih miring.
·         5.14
Hampir mustahil untuk dipanjat, hanya pemanjat dunia yang mampu melewatinya.

b.      Versi eropa
Berlaku didaratan eropa, penghitungan tingkat kesulitan ini menggunakan angka 6 sampai 8.
·         6a = 5.6
·         6b = 5.7
·         6c = 5.8
·         7a = 5.9
·         7b = 5.10
·         7c = 5.11
·         8a = 5.12
·         8b = 5.13
·         8c = 5.14

Seorang pemanjat yang baru mulai belajar hanya akan melewati grade 5.6 , jarang sekali yang bisa melewati grade 5.7.

Teknik Dasar Rock Climbing
Memanjat tebing memerlukan kondisi badan yang kuat dan lincah, perasaan  keseimbangan badan yang berkembang dengan baik, pemasangan pengaman dengan cermat. Seorang pemanjat handal, gerakan pemanjatannya akan terlihat indah dan dinamis karena koordinasi badan sudah terlatih dengan baik.
Teknik koordinasi badan
1.       memanjatlah dengan mata, perhatikan pegangan dan tumpuan
2.       mulailah dengan tiga tumpuan tetap
3.       gunakan kaki sebagai tumpuan utama, tangan sedapat mungkin jangan diberi beban yang berlebihan.
4.       titik berat tubuh vertukal diatas kaki.
5.       pegangan jangan terlalu tinggi, jika mungkin sejajar dengan mata
6.       jarak kedua kaki jangan terlalu renggang
kesalahan yang dilakukan pemula
1.       terlalu banyak memakai tangan (kurang percaya pada kaki)
2.       tempat berpegangan terlalu tinggi  sehingga badan terlalu dekat tebing
3.       memanjat dengan lutut
4.       pegangan tidak diketahui (hanya percaya pada pegangan yang besar)


Gerakan dan Gaya Memanjat
Pada saat melakukan pemanjatan badan kita akan menyesuaikan dengan jenis pegangan dan pijakan., sehingga timbul nama khusus yang disesuaikan dengan gerakan antara lain :
a.       lay backing, tangan dan kaki mendorong ke arah yang berlawanan, jika kita menemui crack lurus yang tidak terlalu lebar (5-20 cm)
b.      Chimneying, tangan dan kaki menekan tebing secara berlawanan
c.       Jamming, tangan dikepalkan pada celah (crack)
d.      Overhanging, badan dirapatkan ke tebing, gerakan dilakukan dengan cepat tanpa ragu-ragu.

Prosedur pemanjatan
Pemanjat I memasang pengaman, kemudian tali induk dimasukkan ke pengaman yang telah terpasang baik. Pemanjat I meneruskan pemanjatan sambil terus memasang pengaman berikutnya hingga ia sampai ke atas pitch (teras/tempat yang bisa digunakan untuk berdiri), pemilihan pitch tidak selalu jika tali hampir habis, tetapi jika jarak pemanjatan cukup tinggi (25-30 m) dan terpaksa pemanjat menemukan teras. Jika pemanjat tidak menemukan teras, terpaksa pemanjat I mengamankan pemanjat II sambil bergantung (hanging belay).
Selama pemanjat I melakukan pemanjatan, pemanjat II mengamankan / membelay pemanjat I sambil mencapai pitch, kemudian pemanjat II memanjat sambil melepaskan dan mengambil pengaman yang dipasang pemanjat I dengan dibelay dari atas oleh pemanjat I.
Pengamanan
Pada olahraga panajt tebing, keamanan adalah faktor yang mutlak. Tanpa itu pemanjat tebing yang handal sekalipun akan berpikir lagi, bahkan akan pulang jika faktor keamanan tidak ia percaya.
Untuk dapat memasang pengaman dengan baik, tentunya dibutuhkan penghitungan yang cermat yang hanya didapat dari latihan dan pengalaman, serta dari alat-alat yang diketahui pasti kekuatannya.
Pemasangan pengaman sisip / chock
Jika alat ini hendak dipasang, perkirakan lebar celah dan sesuaikan dengan jenis alat dan ukurannya, jangan sebaliknya mencari celah yang akan disesuaikan dengan chock yang dipasang.
Pemasangan pasak / pithon
Sesuaikan tebal dan jenis pithon dengan lebar celah / crack. Jenis pithon dibuat untuk karakteristik celah tertentu
Pemasangan pengaman tetap / bor
Pemasangan memakan waktu karena tebing harus dilubangi dengan bor terlebih dahulu, tidak ada jalur yang tidak mungkin dilewati dengan menggunakan pengaman ini.
Pengaman alam
Mengunakan benda yang sudah ada di alam, seperti : lubang tembus, pohon, horn, dan chock stone.


Pertolongan
Sebagai salah satu olahraga petualangan, panajt tebing memiliki resiko yang cukup tinggi. Resiko itu dapat berupa jatuh, tergantung di tali, dll. Untuk itu harus dikuasai teknik P3K dan evakuasi.



Menurunkan korban
Apabila pemanjat memiliki luka yang cukup serius, sehingga korban tidak mampu untuk turun sendiri dan lokasi korban cukup tinggi, maka korban harus dibawa turun oleh rekannya.
Metode
1.       pasanglah anchor yang dapat dilepas dari bawah
2.       hubungkan harness korban dengan harness penolong dengan 1 atau 2 buah screw gate
3.       gunakan 2 buah descender untuk menghasilkan friksi yang lebih besar, sehingga kekuatan turun cukup lambat.
4.       jika medan tegak lurus, posisi korban ada di selangka penolong
5.       jika medan agak miring, posisi korban menempel dipunggung penolong
6.       turunlah dengan perlahan, selalu perhatikan perubahan medan.

Menaikkan korban
Apabila pemanjat jatuh dan mendapat luka serius sehingga korban tidak mampu naik meniti tali ke atas, penolong harus bisa mengangkatnya keatas. Cara menarik korban ke atas seperti menimba, dapat dilakukan tetapi membutuhkan tenaga banyak orang dan tempat yang luas, sedangkan dalam suatu ekspedisi panjat tebing biasanya hanya tersedia sedikit personil dan tempat yang sempit, bahkan tidak ada tempat untuk berdiri sama sekali.
Cara membuat alat untuk mengangkat korban
1.       simpul yang dibutuhkan yakni simpul perusik karabiner dan simpul perusik
2.       tali tambahan yang dibutuhkan adalah tali perusik secukupnya
3.       alat-alat lain yakni karabiner, pulley, dll
sistem cara ini memudahkan mengangkat korban keatas dengan perbandingan 1:4, artrinya jika korban mempunyai berat 50 kg kita hanya mambutuhkan 12 kg tenaga kita untuk mengangkatnya.


1 comment:

  1. mbak mau nanyak nich,
    kalau pemanjatan di batu kapur biasanya alat artivisial nya saja ya

    ReplyDelete

Bukan Sekapur Sirih

Selamat bersua kembali sahabat lama yang telah lama terlupakan,
dunia lain yang terabaikan,
teman terbaik yang tak pernah mengeluh ^_^