Amazing Life: 90 Menit

Wednesday, 21 September 2011

90 Menit

201, STIS, 16 September 2011 (10.00-11.30 WIB)

Belum terpejam mata ini semenjak lebih dari 24 jam yang lalu. Sepanjang malam perasaanku tak tenang, jantung berdegup kencang, perut pun ikut berkonspirasi dengan rasa mualnya.
Tak sebutir nasi pun mampu tertelan.

" Draft skripsi baru selesai 2 hari yang lalu (terpaksa selesai dalam waktu 2 hari saja). Berjuang dengan printer yang mulai bertingkah. Berlarian menuju toko fotokopi. Slide presentasi baru mulai disusun beberapa jam yang lalu. Program yang tak mau berjalan sebagaimana harusnya. Semuanya harus dibereskan hari ini!!! Sebelum pukul 10.00 WIB."

Dengan perasaan gundah, bak seorang pejuang yang telah punya firasat akan mati hari itu yang sedang berangkat ke medan tempur,,, itulah perasaanku saat berangkat menuju kampus. Dalam waktu seperti ini, aku masih berharap ada keajaiban, entah itu jadwal sidang skripsiku diundur ataukah tiba-tiba pengujiku 'Pak M*rza berhalangan hadir dan digantikan oleh siapapun itu (tak ada yang lebih mengerikan selain beliau). Harapan ya tinggal harapan, ketika sesosok angker mamasuki ruang sidang.

Seperti seorang terdakwa yang terancam hukuman mati yang sedang dibantai oleh jaksa penuntut. Beruntung masih ada pengacara, walaupun tak banyak membantu. Nasib hidupku sangat tergantung kepada 90 menit perdebatan sengit ini. 90 menit penuh arti, dimana aku harus melakukan apapun demi menyelamatkan hidupku, 90 menit di mana aku harus mampu melakukan hal terbaik yang bisa aku lakukan saat ini.
Diawali dengan presentasi hasil skripsi selama 35 menit, tibalah 50 menit 'pembantaian'. Aku rasa waktu itu aku dalam keadaan tak begitu sadar, atau entah karena aku memang tak ingin terlalu mengingatnya.
Hanya sedikit yang bisa kuingat. Yang paling tak terlupakan tentu adalah ketika Pak M memintaku untuk membuka source code dari programku. Rasanya jantung, aliran darah, nafas, dan denyut nadiku berhenti sesaat. Sama sekali tak ku sangka sebelumnya kalau aku harus membuka codingan dan menjelaskan isinya...
Dengan lidah kelu dan pikiran mengambang, aku terpaksa menyerah di sini. Untungnya Para eksekutor itu tak melanjutkan pambantaiannya mengenai codingan ini.
Pertanyaan-pertanyaan selanjutnya masih bisa kuatasi, setidaknya dengan sedikit 'kesolotan'. Ya, tentu saja aku tak mau mati sia-sia begitu saja setelah perjuangan yang begitu mengerikan ini. Sebisa mungkin aku mempertahankan hasil kerja kerasku ( dan teman-teman) ini.
Bahkan aku sempat khilaf dengan mengatakan hal seperti ini " Maaf Pak, bolehkah saya bertanya?"...
Hal  yang sangat aneh dilakukan pada saat sidang skripsi.
Lega rasanya ketika moderator mengatakan bahwa waktu presentasi telah usai, kemudian aku dipersilakan keluar ruangan sidang sekitar 3 menit. Setelah itu dipanggil masuk lagi, tapi kecewa karena hasil kelulusan ternyata tak langsung diumumkan. Tak puas sampai di situ ternyata, penguji tak ingin membuatku tidur nyenyak terlalu lama, karena rangkaian revisi telah menanti dengan anggun.

Tapi tetap bersyukur, setidaknya sidang yang selama ini menjadi hal yang sangat menakutkan telah bisa kulalui. Tak terlalu buruk bila dilihat dari persiapan yang begitu tak siap.
Sekarang tinggal menyelesaikan revisi dan menunggu hasilnya.
Apapun nilai yang nanti kudapat, akhirnya hanya satu yang kuinginkan, yaitu LULUS!
AMIN....
 

No comments:

Post a Comment

Bukan Sekapur Sirih

Selamat bersua kembali sahabat lama yang telah lama terlupakan,
dunia lain yang terabaikan,
teman terbaik yang tak pernah mengeluh ^_^